Sebabkan Kebisingan dan Debu di Jalan, PT SRG Tuai Kritik

MURATARA, MA - Dianggap tidak koperatif terhadap masyarakat, pihak PT.SRG menilai pihaknya sudah memenuhi apa kehendak masyarakat. 

hal ini diungkapkan oleh Reza yang merupakan salahseorang utusan dari PT. SRG .Senin(01/11/21).

Diketahui bahwa Perusahaan Terbatas Sinar Rawas Gemilang (PT.SRG) ini bergerak di bidang pengangkutan Batu Bara dari PT.Triaryani menuju PT.semen Indonesia yang terletak di Kota Padang.

Dalam operasi pengangkutan pihak PT. Srg menggunakan truk besar yang banyak timbulkan masalah sala satunya bunyi yang bising kemudian debu yang ditimbulkan.

Hal tersebut di akui salah seorang warga Desa Simpang Nibung Kecamatan Rawas Ulu, kabupaten Muratara. Santi /Ateh, dirinya mengatakan bahwa keresahan dari warga sudah memuncak, pasalnya aktivitas dari pihak perusahaan sangat menggangu warga sekitar pemukiman apalagi saat siang hari bunyi yang bising kemudian debu yang berhamburan. 

"Kami ini la resah gara gara aktivitas pihak perusahaan, sebab suara truk truk besar yang lewat di jalan padat penduduk, tidak hanya suara namun debu yang di timbulkan dari aktivitas perusahaan membuat kesehatan kami terganggu dan jalan menjadi hancur," terangnya.

Kemudian masalah uang debu, penyiraman jalan seperti yang sudah disepakati itu tidak sesuai bahkan penyiraman jalan hanya beberapa kali sejak berjalanya sampai saat ini tidak lagi berjalan.


"Uang debu yang mereka janjikan, kami cuma terima Rp.100 ribu per tiga bulan,bulan ini kami cuma terima Rp.40 ribu kemudian penyiraman jalan itu cuma beberapa kali dilakukan itu di awal saja, Ahir Ahir ini tidak lagi di siram," tutupnya.

Sementara itu di lokasi yang berbeda sala seorang perwakilan dari pihak PT.SRG Reza untuk bermasalah debu yang di timbulkan dari aktivitas pihak perusahaan, dirinya mengatakan jauh sebelum berjalan aktivitas perusahaan sudah di kondisikan bahkan sudah ada yang namanya kesepakatan bersama, jika pihak perusahaan siap menyiram jalan dua atau tiga kali sehari.

"Kami sudah ada kontribusi yang baik dengan masyarakat, dari awal sebelum aktivitas perusahaan berjalan kami sudah melakukan penyiraman, namun menggunakan mobil carry dan tadmon kapasitas seribu liter, penyiraman di lakukan dua kali sehari, masyarakat bilang tidak efektif makanya sekarang kami stop penyiraman untuk sementara", jelas Reza

Untuk jarak yang di tempuh, Reza mengatakan, sekira 2 kilo meter  dari stopfile ke simpang Nibung, mereka minta tangki 5.000 liter, konsekuensinya nanti depan rumah mereka becek, nanti mereka marah lagi.

"Mereka meminta penyiraman dengan tangki dengan kapasitas 5.000 liter, oke kami setujui namun dengan catatan jika depan rumah mereka becek jangan salahkan kami lagi, sebab permintaan merka sudah kami turuti," ungkapnya.

Kemudian masalah dana Konvensi debu itu sudah dibicarakan sebelum bergerak, pihak perusahaan sudah tawarkan dan  mereka setuju, tapi di perjalanan mereka minta tambah, tapi itu sudah diel di awal

"Kami sudah mengeluarkan dana konvensi sebesar Rp.30.000,- per mobil itu real, kali kan saja jika dalam sebulan ada 1000 mobil yang lewat ,sudah berapa kost yang kami keluarkan untuk masyarakat," tanya Dia. 

Untuk teknis pembagian di masyarakat itu teknisnya di pemerintahan desa, karena di situ ada panitia yang mengatur, " nah kami tidak mau ikut campur soal itu, teknisnya di Desa, karena sudah kesepakatan dari awal," jelasnya.

Dirinya meminta kepada masyarakat, tolonglah jika mau mengkritik jangan hanya pihak perusahaan kami saja ,apakah mereka tidak melihat yang lewat di jalur yang samakan banyak bukan hanya PT. Srg saja.

"Kami selalu jadi bulan bulanan masyarakat, mereka tidak melihat apa kan yang lewat bukan hanya PT kami saja, disitu PT. Garudafood juga lewat di sana malahan dengan kapasitas lebih besar dari kami, mengapa mereka tidak berani mengkritik," tutupnya. (AkaZzz)

Popular Posts