Konservasi Tuntong Laut Uapaya Lestarikan Dari Kepunahan

Aceh Tamiang-Media Advokasi.com.  Secara umum mungkin semua kita mengenal hewan yang bernama tuntong laut (Batgur Borneoensis) yang hidup pesisir pantai. Namun, keberadaan hewan ini dapat dibilang sudang nyaris langka, bahkan keberadaan hewan spesies ini juga terancam dari kepunahan karena telur tutong laut menjadi perburuan untuk dikonsumsi.
Berdasarkan data International Union for Conservation of Nature (IUCN), tuntong laut berada di urutan  ke-25 dari 327 spesies di dunia yang termasuk kategori hampir punah. Tanpa disadari juga akibat perburuan telur tuntong laut ini sehingga proses pengembangbiakkan hewan yang berbentuk sejenis kura – kura itu tidak terjadi lagi, artinya terputus peranakkan dari telur yang ditetaskan oleh induk tuntong laut itu sendiri.

Tak terkecuali, kondisi keberadaan tuntong laut juga dirasakan mulai langka atau sulit di dapati diwilayah pesisir Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh. Pasalnya, hewan ini dulunya sangat mudah dijumpai bahkan menjadi salah satu satwa asli dari pesisir laut Kabupaten Aceh Tamiang ujung timur Aceh serta berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Beranjak dari berbagai surve dilapangan, sehingga hal ini menjadi perhatian serius oleh PT Pertamina EP Asset 1 Rantau Field untuk berusaha melestarikan satwa langka tuntong laut melalui kegiatan CSR ( Corporate Sosial Responsibilty) dalam program keanekaragaman hayati dan pemberdayaan masyarakat yang bekerjasama Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia ( YSCTI ).
Kerjasama PT Pertamina EP Rantau Field dengan Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia (YSCLI) dalam pelestarian hewan tuntong laut tersebut sudah dimulai sekira tahun 2017 lalu dan terus berjalan program dimaksud hingga sekarang ini. Diakui ataupun tidak kini telah ribuan tukik tuntong ditetaskan dan dilepaskan kealam liar sebagai habitatnya.
Program pelestarian tuntong yang dilaksanakan PT Pertamina EP Rantau bersama YSCLI bukan sekedar program penggembira. Tapi upaya ini penuh keseriusan yang dibangun Pertamina EP dan bisa dibuktikan kini telah terbangun Rumah Informasi Tuntong yang berada dikawasan pesisir laut Pusong Cium dan Pusung Ujung Tamiang, Desa Pusong Kapal, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang.
Pembangunan Rumah Informasi Tuntong tersebut dalam upaya mengenalkan lebih dekat kepada masyarakat dan generasi muda tentang tuntong laut secara lengkap, dalam penelitian genetika terus dikembangkan dengan menggandeng LIPI, serta program pengayaan habitat dengan penanaman mangrove.
Selain itu Rumah Informarsi Tuntong juga sebagai sarana edukasi lingkungan dan keragaman hayati, program yang telah terealisasi sekitaran tahun 2018 tersebut diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan masyarakat. Secara tidak langsung dan perlahan, Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia yang digandeng PT Pertamina EP Rantau Field saat ini sudah dapat mengubah kebiasaan masyarakat yang memburu telur tuntong dan daging tuntong, kini masyarakat lokal disana menjadi penyelemat tuntong.

Keseriusan pelestarian hewat langka ini juga melibatkan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, termasuk dukungan penuh Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dengan telah menerbitkan Qanun (Peraturan) Nomor 3 Tahun 2016 tentang perlindungan hewan tuntong laut.
Tidak menutup kemungkinan juga, karena tidak banyak orang yang mengenal tuntong laut dan, satwa langka asal Aceh Tamiang ini nyaris punah karena telurnya banyak diburu untuk dijadikan panganan khas daerah setempat sehingga hal ini menjadi faktor utama yang mendorong PT Pertamina EP untuk menyelamatkan dan memperkenalkan kembali tuntong laut.
Dari catatan dan informasi yang dihimpun, upaya konservasi satwa ini dilakukan dengan aktif oleh YSCLI dan Pertamina EP yaitu melakukan patroli pengamanan dan penetasan telur, kemudian dibesarkan dan dilepas liarkan anak tuntong laut (Tukik) ke laut, termasuk juga terus melakukan sosialisasi pelestarian satwa liar sembari memantau populasi dan penelitian genetikanya.

Tentunya melalui program Ekowisata Ujung Tamiang, upaya penyelematan tuntong laut itu dilakukan, program pemberdayaan yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat tanpa merusak kelestarian lingkungan. Berawal dari isu pelestarian satwa tuntong laut, program ini kemudian berkembang kepada pengembangan kapasitas masyarakat dengan membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pusung Kapal, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang.


Kegiatan konservasi satwa langka tuntong laut sudah dimulai sejak tahun 2011 dan enam tahun kemudian yaitu sekira tahun 2017, Pertamina EP mulai mengembangkan program tersebut, termasuk pembangunan fasilitas sarana dan prasarana seperti Rumah Informasi Tuntong (RIT) dilakukan sebagai salah satu media bagi masyarakat untuk mengetahui mengenai satwa tuntong laut.
Sementara itui, Field Manager PT Pertamina EP Rantau, Totok Parafianto menyampaikan, program pemberdayaan Ekowisata Ujung Tamiang dibentuk guna menciptakan alternatif lapangan kerja baru yang ramah lingkungan. “ Artinya, masyarakat pesisir tidak bergantung lagi pada mata pencaharian yang dapat merusak lingkungan, seperti menebang kayu mangrove untuk dijadikan arang dan mengambil telur satwa langka tuntong laut untuk diperjualbelikan,” ujarnya.


Totok mengajak masyarakat untuk memamfaatkan program ini dan diharapkan tidak hanya dari sisi lingkungan saja, tetapi juga menghadirkan keuntungan bagi masyarakat. Dalam melestarikan tutong laut, Totok Parafianto mengibaratkan, program tersebut bukan seperti pekerjaan rumah yang mudah, tetapi butuh pendampingan intensif dilakukan sejak program berjalan hingga kini.


Dalam hal ini terdapat juga permasalahan yang dijumpai yaitu banyaknya limbah kayu (ranting) terapung yang berasal dari aliran sungai dan pinggiran pantai, kondisi ini bisa menghambat tuntong laut untuk bertelur saat musim telur tiba. “ Permasalahan ini kemudian dilihat sebagai peluang untuk menjadikan sampah kayu apung tersebut menjadi bahan kerajinan (souvenir) khas dari lokasi tersebut,” ujar Totok.


Dijelaskannya lagi, penekananan pada konsep ekowisata diharapkan dapat menjaga keseimbangan ekosistem dan juga memberikan dampak kepada masyarakat melalui peningkatan ekonomi. Tentunya masyarakat melalui POKDARWIS diarahkan untuk menciptakan atraksi wisata yang dapat menarik pengunjung untuk datang dalam upaya mendukung kegiatan ekowisata, seluruh potensi lokal seperti hasil tangkapan laut yang ada di wilayah Kampung Pusung Kapal diolah untuk dijadikan oleh-oleh khas daerah tersebut dan salah satunya adalah blacan (terasi).


Field Manager PT Pertamina EP Rantau, Totok Parafianto berharap dalam pelestarian tutong laut ini terus mendapat dukungan dari masyarakat, pemerintah daerah dan pihak – pihak terkait lainnya, termasuk BKSDA Provinsi Aceh. “ Semoga program pelestarian keragaman hayati ini kedepannya menjadi lebih baik lagi dan terus terjadi peningkatan sehingga tercapainya apa yang sudah direncanakan secara maksimal, baik untuk perusahaan maupun masyarakat,” demikian harap Totok.


Dalam suatu kegiatan pelepasan tukik tuntong yang dipusatkan di Pulau Ujung Tamiang, Desa Pusung Kapal, Kecamatan Seruway beberapa bulan lalu, Bupati Aceh Tamiang, H.Mursil mengemukakan, spesies langka ini harus dilestarikan kembali sehingga anak cucu kita masih bisa menyaksikannya sebagai satu jenis keanekaragaman hewan laut yang terdapat di “Bumi Muda Sedia” (julukan Aceh Tamiang).


“ Semua pihak harus bisa membuat langkah bagus kedepan untuk terus menanamkan pentingnya melestarikan tuntong laut,” pinta Bupati Aceh Tamiang, H.Mursil sembari berharap, selain melestarikan tuntong laut dan pohon yang ada di pesisir laut ini, tentunya kerjasama dengan seluruh komponen ini diharapkan dapat ditingkatkan dengan pengenalan dan promosi wisatanya, karena wisata bisa menumbuhkembangkan perekonomian masyarakat.(Eri Efandi).

Popular Posts