Identifikasi Pengetahuan Tradisional dan Bahasa Gayo Dalam Pelestarian Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Kawasan Ekosistem Leuser

Jabodetabek-Media Advokasi.com
Kelestarian keanekaragaman hayati sangat dipengaruhi oleh hubungan antara 
sumberdaya hayati dengan masyarakat yang memanfaatkannya. 

Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mendukung upaya kelestarian keanekaragaman hayati adalah etnobiologi, yakni ilmu yang membahas hubungan antara budaya masyarakat dan komponen biotik dalam suatu lansekap yang menghubungkan konsep masa lalu dan saat ini. 

Etnobiologi mencakup multidisiplin ilmu termasuk didalamnya biocultural diversity. Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud, MS Kepala Divisi Bioprospeksi dan Konservasi Tumbuhan Tropika- IPB mengungkapkan bahwa “Indonesia sebagai negara mega biodiversitas dan mega etnik yang secara evolusi telah terjalin hubungan yang kuat dulunya dalam kehidupan sehari-hari yang harmoni di masing-masing tempat, merupakan aset dan anugerah Allah yang sangat unik dan berharga yang dapat kita sebut bio-geo-cultur diversity, yang bernilai tinggi untuk modal pembangunan bangsa yang berdaulat dan berkelanjutan di masing- masing spesifik lokasi NKRI.”
Penelitian keanekaragaman hayati Kawasan Ekosistem Leuser merupakan salah satu lokus dan fokus dari penerapan Penelitian Institusi Agro-Maritim 4.0 (PI-AMar4.0) IPB yang diinisiasi sejak tahun 2019. 

Melalui konsep biocultural diversity dan Etnobiologi, tim peneliti 
IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan yang terdiri dari Dr. Arzyana Sunkar, Dr. Syafitri Hidayati, dan Dr. Adisti Permatasari Putri Hartoyo, melakukan kajian melibatkanmasyarakat Gayo, yaitu hubungan antara bahasa lokal dengan pengetahuan etnobotani Suku Gayo di Kawasan Ekosistem Leuser menggunakan TraLaVi meter berbasis MV-ASPR (Medium Vocabulary Automatic Speech Recognition System).

TraLaVi merupakan suatu 
indeks yang telah dikembangkan sejak tahun 2015 dan mampu menunjukkan hasil pengukuran cepat (rapid assement) terhadap tingkat pengetahuan tradisional dan vitalitas budaya, juga kecenderungan kelestarian biodiversitas (Franco et al. 2015 dan Hidayati et al. 2017; 2018). 

Selanjutnya TraLaVi dikembangkan menjadi aplikasi berasis IoT (Internet of thing) menggunakan pengenalan suara untuk dapat digunakan oleh masyarakat suku Gayo maupun pengguna lain sehingga mampu meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap Bahasa Gayo, 
budaya, dan keanekaragaman hayati Kawasan Ekosistem Leuser. 

Sebagai salah satu tahapan awal, tim peneliti IPB University telah menyelenggarakan 
Focus Group Discussion (FGD) pada Sabtu, 29 Agustus 2020 di Sekretariat Ikatan Musara Gayo Jabodetabek. 

FGD tersebut bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai 1)pengetahuan etnobotani masyarakat Gayo (meliputi etnotaxonomi dan pemanfaatan 
tumbuhan); 2) keseluruhan sistem sosial dan struktur ideologis (meliputi agama, kepercayaan, struktur adat, legenda, dan aturan-aturan adat) yang berkaitan dengan biodiversitas; dan 3) berbagai aspek penting lain terkait vitalitas Bahasa Gayo. 

Kegiatan FGD difasilitasi oleh Dr. Syafitri Hidayati, SHut, MSi dan Yusradi Usman al-Gayoni, SS, MHum dimulai pada pukul 09.00 sampai 15.00. FGD ini menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang berkaitan dengan identifikasi tak kurang dari 200 spesies tumbuhan berguna yang dimanfaatkan masyarakat Gayo, pengetahuan tradisional dan Bahasa Gayo. Sebanyak 12 orang menjadi peserta pada FGD ini yang didominasi oleh tokoh masyarakat Gayo yang tinggal di area Jabodetabek. 

Diakhir FGD, ketua Ikatan Musara Gayo Jabodetabek Ahyar Gayo, SH, MH dan segenap peserta FGD menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan penelitian ini serta menyarankan agar

melibatkan masyarakat Gayo di Kawasan Ekosistem Leuser secara langsung untuk 
meningkatkan akurasi data yang dikumpulkan.(red)

Popular Posts