Surat Terbuka Untuk Andre Rosiade: Berkaca kepada Kisah Firaun



Wadi Al Muluk, sebuah tempat yang juga disebut lembah raja-raja, terletak di salah satu sisi dari Sungai Nil yang terkenal itu. Pada 1975, Jasad Minephtah ditemukan. Orang kembali merujuk pada cerita-cerita yang sudah dikisahkan di dalam AlQuran.

Raja Minephtah adalah yang terkeji, berbeda dengan ayahnya Ramses II yang bijak penyeru keadilan. Konon ceritanya, Minephtah adalah Fira'un yang melambangkan kesombongan yang hakiki. Penguasa yang haus darah, menolak kebenaran-kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Musa.

Musa yang kecil hanya bisa melihat keagungan kekuasaan Fira'un. Dia hanya debu di tengah jagad raya. Dia seperti mainan untuk mengisi waktu luang Sang Penguasa. Dihitung pun tidak. Kekuasaan Firaun pun semakin besar. Dia memenangkan satu perang dan perang lainnya. Dunia pun serasa ada di dalam genggamannya.

Minephtah menolak keberadaan Allah. Dia memproklamirkan dirinya sebagai Tuhan. Memang sudah tidak ada lagi yang lebih berkuasa daripadanya. Paling tidak, itu puncak halusinasinya. Musa yang kecil tadi nekat mengingatkan keberadaan Allah. Di atas langit, selalu ada langit. Maksudnya, agar Firaun tetap menginjak tanah, namun itu dirasa sebuah penghinaan.

Dia mengejar Nabi Musa bersama tentaranya. Namun, Allah ingin jalan cerita yang berbeda. Nabi Musa yang lemah tidak boleh ditelan Firaun, maka terbelahlah laut untuk melindunginya. Firaun yang coba mengejar harus berakhir tragis digulung ombak.

InsyaAllah, kampung halaman kita selalu dicintai oleh Allah. Jangan sampai ada Firaun menguasai segalanya. Banyak fitnah dan rekayasa berupaya dihebuskannya. Dia besarkan-besarkan jasanya, agar semua orang menyembahnya. Kekuasaan yang ditegakan di atas kesombongan akan rapuh. Allah menitipkan kekuasaan, Allah juga yang akan mengambil kembali.


Dori Asra Wijaya
Founder Teras Literasi

Popular Posts