Buku Keterlibatan H.Muhammad Hasan Gayo Pejuang Nasioanal Dataran Tinggi Gayo, Dibedah Diperpustakaan Nasional RI


Media Advokasi.com Jakarta.
Dihadiri Sesdirjen Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial dan Dibuka Plt Gubernur Aceh, Buku "Keterlibatan Haji Muhammad Hasan Gayo, Pejuang Nasional Dataran Tinggi Gayo, dalam Gerakan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia 1923-1993" Dibedah di Perpustakaan Nasional RI

Kegiatan bedah buku "Keterlibatan Haji Muhammad Hasan Gayo, Pejuang Nasional Dataran Tinggi Gayo, dalam Gerakan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia 1923-1993," kerjasama Ikatan Musara Gayo Jabodetabek dan Taman Iskandar Muda, Perpustakaan Nasional RI, Merdeka Selatan, Jakarta, Minggu (15/3/2020), berlangsung sukses

Buku setebal 268 halaman yang ditulis Mohammad Daud Gayo ini dibedah Prof. Dr. Nazaruddin Sjamsuddin dan Prof. Dr. Ismail Arianto, M.Pd., dan dimoderatori Yusradi Usman al-Gayoni, mengupas tentang keterlibatan Muhammad Hasan Gayo dalam gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia (1923-1993)

"Saya melihat beliau ini luar biasa, latar pendidikannya agama. Lulusan pesantren, normal school di Bireuen. Itulah yang membuat Hasan Gayo sangat kuat dalam semangat nasionalis. Kalau tidak, beliau bisa saja masuk ke golongan kiri atau kanan," ujar Nazaruddin Sjamsuddin.

Prof Nazaruddin Sjamsuddin, mengingatkan, agar usulan Pahlawan Nasional terhadap Hasan Gayo ditindaklanjuti dengan pelbagai langkah lanjutan, seperti seminar, usulan resmi dan menabalkan nama yang bersangkutan pada jalan atau gedung.
"Jangan sampai gagal, seperti yang dulu dialami saat mengusulkan Muhammad Daud Sjah, sultan Aceh terakhir," kata Nazaruddin Sjamsuddin yang pernah menjalani pendidikan sekolah menengah atas di Takengon dan Kutacane.

Sementara itu, Prof. Ismail Arianto, mengungkapkan, Hasan Gayo adalah orang berprinsip dan kuat untuk kemerdekaan Indonesia. Tidak mudah ditarik ke kanan atau kiri. Hasan Gayo mendapat pendidikan politik dari ceramah Soekarno, Mohd Hatta, dan lain-lain.

Hasan Gayo, jelasnya, juga memimpin pengambilalihan aset dan manajemen Kereta Api. "Mengambil alih aset yang dikuasai Jepang bukan perkara mudah, saat itu. Tapi, Hasan Gayo mampu, dan kemudian diikuti pengambilalihan aset seluruh kereta api di Jawa. Ketika itu, Hasan Gayo bergerak atas nama Angkatan Pemuda Indonesia," kata Prof Ismail Arianto yang berasal dari Toweren Aceh Tengah.
Prof Ismail Arianto, sambil menambahkan, Hasan Gayo juga ikut aktif memaksa Soekarno dan Hatta menyegerakan Proklamasi Indonesia dan ikut "mengungsikan" kedua tokoh itu ke Rengasdengklok, sehari sebelum pembacaan Proklamasi.

Bambang Sugeng, mengatakan, usulan gelar pahlawan kepada seseorang diajukan dari bawah, dari kabupaten, provinsi, dan ke Pusat.
Ia mengatakan, acara bedah buku tersebut sebagai salah satu langkah luar biasa untuk mendorong diberikannya gelar Pahlawan Nasional kepada Muhammad Hasan Gayo.

"Seminar ini nanti jadi dokumen dalam usulan tersebut. Dukungan bisa diberikan oleh tokoh atau kelompok, untuk memperkuat," ujarnya.

Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar, menyampaikan, selain nama jalan, nama Hasan Gayo ditabalkan juga untuk nama lapangan pacuan kuda di Belang Bebangka. "Saya mengusulkan kepada Pak Plt Gubernur agar nama rumah sakit regional di Pegasing juga ditabalkan nama alm Pak Hasan Gayo," kata Shabela menanggapi, pernyataan Prof. Nazaruddin Sjamsuddin.

Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menegaskan, Muhammad Hasan Gayo, layak mendapatkan predikat Pahlawan Nasional dan mendukung penuh pengusulan nama rumah sakit dengan menggunakan nama M Hasan Gayo, tambah rekomendasi dari Pemerintah Aceh untuk pengusulan M Hasan Gayo sebagai Pahlawan Nasional dari Aceh.(Red)

Popular Posts