TIGA TAHUN MUSHIBAH GEMPA, PIDIE JAYA SEPI TANPA ZIKIR DAN TAUZIAH


Opini:oleh ISMAIL M ADAM

Media Advokasi.com
Tanggal 7 Desember 2019, merupakan Hari Tragedi Besar yang tidak akan terlupakan bagi masyarakat Pidie Jaya dan sekitarnya. Bahkan jutaan mata dunia, tertuju ke Pidie Jaya, mengenang betapa dahsyatnya Bencana yang memporak-porandakan Bumi Japakeeh.
Mirisnya, Pemerintah setempat tidak menggelar acara apa-apa, seperti Zikir maupun Tauziah.
Saai itu, di tanggal 7 Desember 2016 dini hari, Allah menguji keimanan hamba NYA yang bermukim di Pidie Jaya, Pidie dan Bireuen, dengan sedikit menggetarkan bumi (gempa) yang hanya berkekuatan 6,5 SR saja.
Peringatan Gempa Pijay di Jakarta.

Entah itu ujian atau Peringatan Allah kepada hamba NYA ( Wallahu a'lam), tapi yang jelas gempa yang menurut BMKG Aceh, berpusat di Laut Manohara, Pidie Jaya telah memporak-porandakan ribuan bangunan di  Pidie Jaya, baik rumah warga, ibadah, pesantren, sekolah, kantor instansi pemerintah dan toko-toko ambruk rata dengan tanah. Lebih menyedihkan lagi ribuan nyawa manusia melayang tertimpa puing-puing bangunan, juga malhluk hidup lainnya.
Mayat korban Gempa Pijay

Jika dikenang, air mata pilu akan berderai seiring membayangkan betapa pedihnya kala itu. Hingga para relawan dan donatur dalam dan luar negeri datang ke Pidie Jaya mengantarkan bantuan kemanusiaan, mulai dari sesama muslim, sampai yang non muslim ikut merasakan duka yang dirasakan masyarakat Pidie Jaya. Hal itu membuktikan bahwa bencana di Pidie Jaya merupakan bencana besar.
Evakuasi korban gempa 7 Desember 2016

Telinga kita seakan masih menggiang suara jeritan dan tangisan para orang tua dan anak-anak yang tertimbun puing-puing reruntuhan. Tidak hilang dalam pandangan kita saat alat berat (para relawan) membongkar puing-puing reruntuhan mencari sisa-sisa mayat masih tertimbun. Allahu Akbar. Tapi apa mau dikata, Allah punya kekuasaan diatas segala-galanya dan Berkehendak sesuai Kehendak NYA, tidak ada satu ilmuanpun, atau ahli geografi manapun yang bisa mencegah Takdir NYA.
Namun yang ingin penulis bahaskan di tulisan ini, bukanlah tentang Kekuasaan Allah terhadap apa yang Allah inginkan, namun, Peristiwa Besar tersebut, yang terjadi di bulan Desember 2016, tepatnya tanggal 7 di hari Rabu, merupakan sejarah pahit bagi Pidie Jaya yang tidak mungkin terlupakan begitu saja. Banyak anak-anak menjadi yatim, ibu-ibu menjadi janda. Sangat memilukan.

Tapi sayangnya, Pemerintah Pidie Jaya, di hari bersejarah ini tidak menggelar apapun acara, seperti, Zikir Akbar atau Doa Bersama di Tanggal 7 Desember, sekedar mengenang peristiwa pahit dan tangisan saudara kita yang jadi korban gempa.

Ironisnya lagi, sampai sampai saat ini malah pemerintah pusat melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), merencanakan akan membangun 711 unit lagi rehabrekon untuk rumah koraban gempa 3 tahun silam yang masih belum siap di tahap pertama dan tahap kedua. Ini membuktikan cukup banyak rumah korban gempa yang belum dibangun. Artinya, sebenarnya pemerintah ingat akan Gempa 7 Desember, tapi barangkali terlupakan tentang kapan memperingatinya. Hal ini terkesan, mushibah besar di Pidie Jaya telah terlupakan begitu saja.

Alangkah idealnya, bila tanggal 7 Desember, khususnya Pidie Jaya, bupati dan wakil bupati, para asisten, para SKPK, seluruh ASN dan PNS, MPU, Badan Dayah bersama masyarakat Pidie Jaya berkumpul di lapangan atau perkantoran bupati untuk sama-sama Tahlil, berzikir dan Tauziah, dan jika ada kemudaham menyantuni beberapa anak yatim sambil memohon kepada Allah SWT agar mushibah gempa yang pernah terjadi, tidak terulang lagi di Pidie Jaya dan juga didaerah lain di persada dunia.

Namun entah apa alasannya, hingga di tanggal tersebut Pidie Jaya sepi dari acara Doa Bersama, padahal hari-hari bersejarah ini harus diuatamakan ketimbang hari lainnya yang selalu ada peringatan semacam Hari Ulang Tahun. Tapi justru untuk tanggal 7 Desember, seakan terlupakan begitu saja. Kita tidak bisa berkata-kata, dengan ungkapan lain, kita hanya bisa berujar, inilah Pidie Jaya.

Andaipun pihak pemerintah, dalam hal ini bupati dan wakil bupati mungkin lupa karena kesibukan agenda dan tugas yang padat, namun tidak adakah para bawahan beliau yang mencoba mengingatkan. Atau memang para pejabat telah melupakan semuanya, bahwa mushibah gempa 7 Desember tidak perlu dikenang lagi. Sebab itu hanya bagian dari masa lalu. Itu yang kita tidak tahu, Wallahu 'alam.

Sementara, di Jakarta, mulai malam ini (Kamis malam) telah dipasang spanduk peringatan Gempa Pidie Jaya yang akan digelar tanggal 14 Desember 2019, dengan menghadirkan sejumlah ulama dan tokoh Aceh dan Nasional, namun di Pidie Jaya, di tempat Bencana Besar itu terjadi, sepi dari acara peringatan.

Kesimpulan.
Mushibah Gempa Pidie Jaya Desember Pemerintah Pidie Jaya tidak menggelar apa-apa, seakan terlupakan seiring dengan perkembangan Pidie Jaya yang kian maju. Tapi mirisnya, malah di Jakarta akan digelar Peringatan 7 Desember Gempa Pidie Jaya 2016, oleh para orang-orang yang masih mengingatnya, yaitu pada tanggal 14 Desember 2019.

Penulis: Ismail M Adam
(warga Pidie Jaya).

Popular Posts