DBD Meraja Lela, Warga Singkil Minta Fogging Menyeluruh

foto:Saluran parit yang tergenang dan tidak lancar di perumahan BRR, Pulo Sarok, Aceh Singkil, Provinsi Aceh salah satu faktor berkembangnya nyamuk DBD di kawasan itu Rabu 18 Desember 2019.

Aceh Singkil. Media Advoksi.com
Penyakit demama berdarah Dengue (DBD) semakin merajalela dan meresahkan serta mengancam warga Desa Pulo Sarok Kecamatan Singkil, apa lagi sejak sebulan terakhir mulai terjangkit Penyakit DBD di kawasan pesisir itu, warga meminta pemerintah setempat untuk segera lakukan fogging di wilayah-wilayah yang rawan.

Kamaruzzaman Kepala Dusun Rahmad Perumahan Komplek BRR, Rabu (18/12/2019) kepada Media Advokasi, mengatakan warganya sangat resah merebaknya penyakit yang disebab oleh nyamuk Aides Egypti itu.

"Saya prihatin, akibat penyakit berbahaya tersebut, warga saya sebulan terakhir ini sering melapor setiap waktu, kalo tidak siang ya, kadang malam hari akibat penyakit DBD, " ujarnya.

Dirinya juga di desak sejumlah warga untuk meminta pihak Dinas Kesehatan setempat  melakukan fogging secara menyeluruh di Komplek Perumahan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi(BRR) itu.

Namun setelah dilapor ke Dinas Kesehatan UPTD Puskesmas Singkil, guna meminta melakukan fogging darurat secara menyeluruh.

"Sebelumnya saya laporkan kasus ini ke Pak Baswedan, bahagian fogging, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil, dia mengatakan dana sudah digelontorkan ke Puskesmas Singkil mereka yang tangani,"ungkapnya.

Lalu saya beranjak mengarah ke Puskesmas Singkil, namun setelah melapor ke petugas, bagian Fogging, Puskesmas Singkil sesuai arahan kepalanya dokter Ayi, untuk pelaksanaan fogging tidak bisa dilakukan secara menyeluruh di Komplek BRR, karena anggaran pengasapan sangat minim..

"Untuk pelaksanaan ini sangat terbatas, sebab kriteria fogging dilakukan apabila ada korban DBD, hanya di titik fokus itu pengasapan dilakukan hingga jarak radius 100 meter,"kata Kamaruzzaman menirukan penjelasan Munte, petugas Fogging Puskesmas Singkil.

Sehingga, kata Kamaruzzaman merasa risau permasalahan ini belum mendapatkan solusi karena tiap warga yang terkena DBD, bahkan tetangga pun ikut melaporkan juga, karena khawatir wabah nyamuk DBD semakin merebak.

Hal ini juga sudah dikoordinasikannya dengan Sabri Parti, Kepala Desa Pulo Sarok solusi terkait anggaran fogging nyamuk dewasa di Dinas Kesehatan terbatas, sehingga kedepan untuk tahun anggaran 2020 dana desa akan di plotkan anggaran Fogging.

" Korban DBD sudah mencapai belasan orang, jika dibiarkan wabah ini akan terus merebak,"tukasnya.

Ditemui secara terpisah, Surveylans(pelacak kasus) Hajirun, kepada Advokasi, menjelaskan kasus luar biasa DBD sudah Epidiomologi atau sudah mewabah, sebab satu tahun terakhir, ditempat yang tidak terjangkit sudah terijangkit.

Menurut Hajirun, hal itu terjadi akibat faktor lingkungan yang kebersihan kurang begitu diperhatikan, gaya hidup seperti kurangnya peka akibat buang sampah sembarangan.

Masyarakat juga harus lebih memahami menghindari penyakit DBD, mengatasinya dengan pola Menguras, Menutup dan Membersihkan(3M). "Pihak Puskesmas Singkil sudah berusaha melakukan fogging di lokasi korban yang terjangkit DBD,"ungkapnya.

Hajirun akui, fogging memang belum menyeluruh akibat keterbatasan anggaran, namun fogging bukan satu-satunya mengatasi nyamuk DBD dan Malaria lainnya, sebab fogging hanya membunuh nyamuk dewasa. 

Sementara, sebutnya, Jentik-jentik dari telur nyamuk dewasa terus berkembang biak ditempat air yang tergenang. "Bayangkan saja, Satu nyamuk dewasa Aides Egypti, kalau bertelur bisa sampai 1000 butir,"katanya.

Kemudian KLB bukan satu-satunya di komplek BRR Pulo Sarok saja, diperkirakan ada 36 kasus DBD sepanjang tahun 2019 di Kecamatan Singkil ini, dan paling mendominasi di Desa Pulo Sarok sejak bulan Oktober hingga Desember 2019 ini.

Dikatakan cara penanganan wabah perkembangan DBD, yakni menaburkan bubuk abate(Glapasida),  menggunakan obat nyamuk, kelambu, memelihara ikan pemangsa jentik, tanaman pengusir nyamuk, dan pengaturan ventilasi rumah serta menghindari banyak menggantung baju.

Menurut Hajirun, kasus luar biasa di Komplek BRR, Desa Pulo Sarok lebih mendominasi di sebelah kanan menuju arah utara. Faktornya saluran selokan atau parit di sepanjang halaman rumah penduduk airnya tidak berjalan normal dan tergenang.

"Nyamuk DBD lebih suka di genangan air seperti tanah berlobang, Ban mobil  bekas, pelepah pinang. Dan kemudian proses rantai makanan terputus, kurangnya ikan, kurangnya katak pemakan nyamuk," ujarnya. (Ahmad)

Popular Posts