BUDAYAKAN KOSMOPOLITISME, BUKAN MEMBUDAYAKAN NATIVISME

Oleh : Orlen Susanto ( Pengrus Pergerakan Milenial Minang)

BINEKA TUNGGAL IKA adalah moto atau semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang Nagara Indonesia, Garuda Pancasila. Bangsa Indonesia dari sabang sampai merauke, dengan kekayaan pulau-pulau, Suku, Bahasa dan Budaya yang berbeda-beda, oleh karna itu diikatlah dengan nama BINEKA TUNGGAL IKA artinya berbeda-beda tetapi tetap satu .

Bila diterjemahkan setiap kata, Bhinneka punya arti beraneka ragam. Kata tunggal berarti ‘satu’ dan Ika ‘itu’. Penulis dapat ambil kesimpulan Braneka ragaman itu satu, satu dan kesatuan dalam keragaman.
 Budaya Jndonesia ialah kumpulan puncak dari keragaman budaya yang ada, sehingga nilai ke Indonesia itu harus bersenergi kearah Kosmopolitisme bukan Nativisme,sebeb Nativisme akan memuarah ke-arah Daerahisme jika bukan Sukuisme.  Ini yang akan menyebabkan bangsa Indonesia akan selalu memunculkan pandangan yang kembali ke sifat-sifat kuno yang sudah lama hilang “Atavisme”.

Maka Nativisme inilah yang akan menjadi penghalang besar pertumbuhan keindonesiaan, pertumbuhan pola fikir para Generasi bangsa Indonesia sendiri. Nativisme inilah yang membudaya dikalangan mahasiswa dan Aktivis-aktivis kampus, penyakit yang susah untuk dirubah. Salah satu penyakit Nativisme ialah aktivis/mahasiswa penulis temukan selalu berselisipaham soal kelahiran Organisasinya masing-masing dan juga dikalangan masyarakat banyak mementingkan kelompok masing-masing hanya demi kepentingan dan membanggakan kebesara Himpunan yang dimiliki, padahal belum berbuat apa-apa untuk himpunan sendiri. Ini bukan bererti kita melupakan sejarah lahirnya Himpunan atau asal kita dari kelompok mana. TAPI APA PERAAN KITA ?? SEJAUH MANA PERNGORBANAN MU UNTUK HIMPUNANMU?, APA PERUBAHAN YANG DIBUAT??!!!!!.

 Kebesaran masa lampau pada zaman nenek moyang, para pendiri, dan para pejuang tentu tetap sangat relevan untuk kita ingat dan disadari, antara lain sebagai sumber inspirasi dan bahan penumbuhan rasa kesinambungan serta kelestarian historis. Juga sebagai alat ukur untuk membuat perubahaan, sehingga akan menghasilkan perubahaan terbaik. Tapi dapat kita lihat begitu banyak keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia , baik Organisasi, kelompok-kelompok tertentu, suku, ras, budaya dan Agama dengan keragaman inilah bangsa Indonesia merdeka pada 17 Agustus1945.

Tetapi kebesaran bangsa dan organisasi sekarang tidak akan terwujud dengan terlalu banyak menengok ke belakang. Teringan kita beberapa bulan belakang suatu peristiwa yang sangat tragis yang terjadi di Wamena dan juga di Surabaya, yang banyak memakan nyawa manusia.

Dan juga masalah aktivis yang sibuk membanggakan kelahiran dan kebesaran himpunan sendiri dan juga menjelekan himpunan yang lain, tapi ia tidak menyadari bahwa itu akan memicu suatu konflik atau selisih paham.


Yang sangat diperlukan oleh generasi muda ialah justru sikap lebih berani untuk menyatukan perbedaan yang beragam itu menjadi suatu kesatuan untuk menghadapi masa depan. Genrasi harus menyadari bahwa ia memiliki Intelektual yang kritis, Dinamis, Progresif, serta mempunyai Inovatif untuk membawah perubahan untuk kemajuan bangsa Indonesia ini, bukan untuk saling sikut sana, sikut sini, hantam sana, hantam sini.

Kita dapat liat pada saat sekarang ini nilai ke Indonesia yang benar-benar diterima oleh seluruh anggota bangsa belum terwujud dengan kukuh. Maka Nativisme akan berakhir dengan adanya penekanan makna penting pola budaya kelompok yang sedang berkuasa, itu berarti suatu sukuisme yang dinasionalisasikan.

Oleh karena itu bangsa Indonesia perlu generasi muda yang mempunyai sikap kosmopolitisme, dimanapun ia berada namun ia lebih mementingkan suatu perubahan kerah yang lebih baik dan bermanfaat untuk orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadinya.

 Dengan adanya antara kelompok satu dengan kelompok lain yang mempunyai karakteristik tanpa mempermasalahkan identitas namun bersikap Nasionalis (kosmopolit), disinilah akan terjadi pergaulan berbgai kelompok anggota bangsa Indonesia yang ditopang oleh adanya pemerataan kesempatan.

Baik dalam Kosmopolitisme mereka dalam pandangan hidup tradisional maupun modern, akan dengan sendirinya muncul dan tampil sebagai kelompok terpenting pengisi keIndonesiaan, disebabkan posisinya selaku COMMON DENOMINATOR berbagai segmen nasional.

Maka penulis mengajak untuk para generasi muda untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, meyakini dengan Ilmu, Usahakan dengan Amal dan kerjakan dengan keIkhlasan.

 Dikutip dari Al-Qur’an surah Ali-Imran/3:104 “Dan hendaklah ada diantra kamu ada segolongan orang yang menyeruh kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itukah orang-orang yang beruntung”.

Popular Posts