Rasa Bersyukur Tiga Gadis Cilik Aceh Timur Menjadi Santri Di Dayah Baitul Huda Al Azziyah



Media Advokasi.com Aceh Timur .
Tampak rona wajah senang dan bahagia terpancar dari ketiga wajah gadis mungil dari keluarga yang berbeda, Anisa Kamila(12), Susi Handayani(13) dan Nayla Humaira(14), kini mereka sudah berstatus sebagai Santriwati Dayah Baitu Huda Al Azziyah Gampong Paya Naden Kecamatan Madat Kabupaten Aceh Timur, di bawah asuhan Tgk, H. Muhlisin.

Harapan dan cita-cita mereka ingin belajar mengaji di dayah sudah terwujud, cita-cita ingin menjadi santri sudah lama terpendam di benak mereka,  batasan kemampuan ekonomi keluarga dan keluh kesah balada kehidupan keluarga broker home, menjadi batu sandungan untuk belajar seperti anak-anak gadis sebaya mereka yang nadib lebih beruntung bisa sekolah,  pesantren/dayah bahkan menjadi mahasiswa di perguruan tinggi.

Anisa Kamila,  anak dari keluarga miskin sejak kecil sudah di tinggal kan orang tua nya, sampai berajak umur 12 tahun belum bertemu dengan Ayah nya Ahmad,  sedangkan ibu nya Maysuri telah menikah dengan pria lain sudah lama pindah mengikuti suami nya.

Semenjak balita anisa, di rawat dan besarkan oleh neneknya Rohani yang semata wayang di gubuk kecil yang di bangun oleh masyarakat secara gotong royong di sudut halaman meunasah gampong Alue ie Mirah Pante Bidari.

Sejak tamatan Sekolah Madrasah Ipidayah di desa nya,  sudah berhasrat untuk melanjutkan pendidikan di pesantren/dayah, gadis yang bercita-cita ingin menjadi guru ngaji,  selama ini harus bekerja membantu nenek nya  yang sudah tua untuk bekerja mancari uang demi bertahan hidup.

Hasrat dan asa nya ingin belajar mengaji harus di tahan dan di pendam dengan air mata, di iringi keringat tiap membantu nenek nya bekerja.

Begitu juga Susi Handayani anak yatim dari alm Syamidi B Abusyamsyah yang berdomisili di Dusun Ujung Balng,  LR D Gampong Persiapan Jambo Lebok Kecamatan Indra Makmur,  Kabupaten Aceh Timur, Susi Handayani yang sangat bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan,  tapi apa hendak di kata nasib malang tak bisa di tolak, sejak kecil sudah kehilangan Ayah nya,  sehari hari hidup bersama Ibu Nurhayati (56) dan kakak nya Juniar (24) di gebuk reyot.

Impian nya untuk bisa mondok di dayah jauh dari kenyataan,  seperti punguk merindukan bulan, pasrah dan menjalani nasib tak seindah kawan-kawan nya yang bernasib baik.

Air mata,  kesedihan dan serba kekurangan menjadi teman setia sepanjang kehidupan masa masa kecil yang harus di lalui.

Sedangkan Nayla Humaira,  gadis lugu dari gampong Paya Demam Lhee Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur harus menerima nasib lebih miris lagi,  di usia remaja harus menjadi tulang punggung menghidupi adik adik nya yang masih kecil,  karena di tinggal kan oleh ibu nya di sebuah rumah kotrakan, sedangkan Ayah Nayla sudah lama  meninggal dunia.

Selama ini untuk melanjutkan kehidupan, hanya berharap belas kasihan para tetangga yang berdekatan dengan rumah nya.

Menjalani kehidupan tanpa orang tua bukan lah yang mudah, tapi kami harus kuat dan harus berjuangan hidup terutama untuk adik-adik saya yang masih kecil,  ujar Nayla.

Kini Tiga gadis desa tersebut sedang berjuang mengejar ketinggalan hasrat dan cita - cita mereka yang lama telah tertunda,  kebahagian dan rasa senang terlancar dari wajah mungil mereka.

Anisa Kamila, saat media meminta tanggapan" Alhamdulillah kami sangat bersyukur kepada Allah Swt,  dan terima kasih yang tak terhingga atas perhatian dan bantuan semua pihak baik Masyarakat Aceh yang di Malaysia maupun yang di Aceh Timur, terutama pada Ketua Lembaga Acheh Future, Razali Yusuf yang sudah menjadi bapak angkat kami.

"Dengan bantuan nya, kami bisa mondok/belajar di dayah mewujud kan cita-cita kami,  kami sangat senang berada di sini bersama santriwan lain nya, kata Kamila dengan terharu saat di temui awak media di komplek dayah,(Anja)

Popular Posts