Perkuat Rasa Nasionalisme, Himpasay Bahas Penguatan NKRI di Yogyakarta.


Mediaadvokasi.com. Yogyakarta. Menyikapi maraknya rasisme yang terjadi akhir-akhir ini menjadi daya tarik diadakannya dialog kebangsaan yang diselenggarankan di Gedung Punokawan Jl.  KH. Ahmad Dahlan No 73 Yogyakarta pada Minggu (08/09/19). Negara kepulauan dengan multi ras, etnis, suku, bahasa, adat istiadat, agama dan kepercayaan terbesar di dunia menjadi tantangan dalam menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Keutuhan NKRI terus mengalami ujian dalam kemajemukan masyatakat, dibutuhkan komitmen dan konsensus nasional yang kuat agar NKRI yang berlandaskan dengan Pancasila tetap lestari.

Seorang putra Aceh, Heri Maulizal mendapat kesempatan menjadi salah satu pemateri dalam dialog tersebut.
Menurut Heri, Aceh telah "dijajah" selama 30 tahun lamanya selama masa konflik, menyebabkan Aceh tertinggal dari daerah-daerah lain di Indonesia. Semenjak Nota Kesepahaman Bersama (MoU) Helsinki ditanda tangani oleh Pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Perwakilan Pemerintah Indonesia di Helsinki Finlandia pada 15 Agustus 2005. Penandatanganan MoU Perdamaian Aceh ini merupakan puncak dari serangkaian proses perundingan yang difasilitasi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) International Crisis Management Inisiative (CMI), ulas ketua Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Aceh Yogyakarta (Himpasay) ini.

Ia melanjutkan, Otonomi khusus merupakan hasil dari MoU Helsinki belum memberi dampak terhadap perkembangan pembangunan di Aceh, masih banyak PR buat Aceh. Menanggapi isu-isu hangat tentang daerah yang memisahkan diri dari Indonesia, Hery menegaskankan bahwa bersatu dengan NKRI itu jauh lebih baik ketimbang pisah.

Dalam close statmennya, Hery menyampaikan strategi menjaga keutuhan NKRI antara lain, menguatkan kader pemuda cinta kemajemukan dalam bingkai NKRI, membangun komunikasi dalam keharmonisasian antar sesama dan sejumlah kiat lain.

Antusias masyarakat dan Mahasiswa Yogyakarta dalam mengikuti dialog kebangsaan dengan para tokoh nusantara juga sangat tinggi, pendaftaran yang di targerkan 100 orang sudah melebihi kapasitas penyediaan tempat.

Kegiatan berlangsung pukul 15.00-18.30 WIB dibuka dengan penampilan komponis kondang asal Bangkalan Madura, Memet Chairul Slamet yang mempersembahkan sebuah repertoar yang sarat spirit kebangsaan. Turut hadir antara lain Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi (Karaton Ngayogyakarta) sebagai kunci pemateri, juga ada Sugiyanto Harjo Semangun (Ketua Ikatan Keluarga Alumni LEMHANAS Komisariat DIY) dan para tokoh nusantara yang hadir lain adalah Jumaldi Alfi (Tokoh Minang, Sakato Art Community), Abdur Rozaki (Tokoh Madura, Dosen UIN Sunan Kalijaga), Frans Vicky Djalong (Tokoh NTT, Dosen UGM), Nila Riwut (Tokoh Dayak,
aktivis sosial), Elga Sarapung (Tokoh Sulut, Dian Interfidei), Heri Maulizal (Tokoh Aceh,

 Mahasiswa S2 UIN Suka),  Nelles Samberi (Tokoh Manokwari Papua, aktivis Rejomulia), Dikson Siringoringo Situmorang (Tokoh Batak, Mantan Ketua KNPI DIY), Jacky Latuperisa (Tokoh Ambon, Patimura Muda), Agung Gde Iswara Amithaba (Tokoh Bali, Aktivis LSM) dan Ki Demang Wangsyaffudin (Tokoh Sunda, penggiat FPUB). (Om Bil).

Popular Posts