Peringati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 H, Bener Meriah Gelar Ceramah Da’wah Islamiah (Tausyiah)


Mediaadvokasi.com Bener meriah-Aceh.
Bupati Bener Meriah Tgk. H. Sarkawi beserta seluruh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Plus (Forkopimda Plus), dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1441 H, menggelar acara Ceramah Da’wah Islamiah (Tausyiah) dilapangan Masjid Agung Babussalam Simpang Tiga Redelong, Rabu, 4/9/2019.

Bupati Bener Meriah Tgk. H. Sarkawi dalam kesempatan tersebut menyampaikan kata sambutan yang berisikan,  kadang-kadang umat Islam meperhatikan, umat Islam menyemarakkan Tahun  Baru Masehi kalender nasional tanggal  1 Januari, tapi kadang-kadang abai dengan tanggal 1 Muharram yang menjadi kalender Islam secara Internasional, kata Bupati menngawali sambutannya.

“Alhamdulillah, kita di Bener Meriah, kedua-duanya kita jaga, kalender nasional yang berlaku di Indonesia dan Tahun Baru Islam 1 Muharram, kedua-duany kita peringati sebagai agenda kita di Kabupaten Bener Meriah”, jelas Tgk.H. Sarkawi.

Sambung Bupati, “Tentu saja tahun baru Islam ini mempunyai makna yang harus kita sikapi bersama-sama, bagaimana tahun 1441 H ini bisa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, dari segala bidang, segala sisi ini bisa kita benahi bersama-sama”, ungkap Bupati.

Sementara Penceramah Tgk. Jamhuri, MA.  Dosen UIN Ar raniry Banda Aceh, dalam ceramah (Tausyiah)nya diawali dengan satu  pertanyaan,  berapa umur Kabupaten Bener Meriah, dijawab jemaah 15 tahun,  yang mau saya tanyakan dari itu, kata Tgk. Jamhuri, siapa yang membuat angka satu, orang yang mebuat angka satu adalah orang yang luar biasa geniusnya didunia, sambung Tgk. Jamhuri.

“1 Muharram adalah angka 1, lalu apa dibalik angka satu itu semua, ini yang harus kita pahami, kalau kita baca sejarah Nabi Muhammad, SAW, ada yang disebut dengan periode sebelum 1 Muharram, ada periode yang sesudah 1 Muharram, periode 1 Muharram adalah periode titik awal dari pada kemajuan Islam”, tegas Tgk. Jamhuri.

Dilanjutkannya, ketikan Nabi Muhammad hidup di Mekkah, hidupnya sangat menderita, terkadang beliau dilempari dengan kotoran, beliau dicaci maki oleh orang-orang pada saat itu, kenapa,, Tanyanya, apakah salah orang mencaci, salah orang yang memaki, ingat, kata-kata Jahiliah yang selama ini kita katakan  bodoh apakah betul, Tanya Tgk. Jamhuri sekali lagi, orang yang pada masa Jahiliah adalah orang yang  pintarnya luar biasa, orang yang punya ilmu pengetahuan, kenapa?, buktinya Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt, adalah untuk menandingi syair-syair yang berlaku pada Zaman Jahiliah karena tingginya syair Jahiliah maka diturunkan Al-Qur’an menandingi syair yang ada, ungkapnya.

“Itu bukti, tapi apa yang bisa kita ambil untuk Bener Meriah dari hal itu, ingat pada masa Zaman Jahiliah, orang-orang yang syairnya hebat yang tidak terkalahkan itu dipajang dipasar Ukas dan Julmajas, kenapa? Itu adalah bukti kehebatan orang”, Tgk. Jamhuri mengatakan.

Dilanjutkannya, kalau kita berpikir ke Zaman jahiliah, bagaimana kalau dilapangan Pacuan Kuda kita tempelkan gamabar   “Kude Beker Tahun 2019”. Lambang itu tidak boleh turun sebelum ada yang lain yang menang, orang hebat yang punya karya besar mereka menempel ditempat keramaian, tidak boleh diturunkan sebelum ada orang yang mengalahkan, ujarnya.

“Jadi masa Jahiliah adalah masa oranng-orang yang berilmu pengetahuan tinggi tetapi tidak mengamalkan ilmu pengetahuannya, sehingga pada Zaman modern orang katakana ini adalah Zaman Jahiliah modern”, tegas Tgk. Jamhuri.

Kalaua kita punya ilmu pengetahuan  tentang kopi, kalau kita punya ilmu pengetahuan perdagangan silahkan kerjakan, inilah makna Jahiliah pada saat itu, banyak orang yang hebat kala itu, Umar Bin Khatab, Abubakar, Usman Bin Afan dll, lalu kenapa dikatakan dengan bodoh?, karena mereka tidak mengamalkan ilmu pengetahuannya.

Diakhir Tausyiahnya Tgk. Jamhuri mengatakan, “Dalam sejarah modern semua karya orang harus dihargai,  sembari mencontohkan beberapa karya orang, yang namanya langsung diabadikan dikaryanya tersebut, tapi terkadang masaalah, dalam pengajian-pengajian dikatakan,  katanya
 jangan terkabur, “ike ara buet enti seseder”, pada Zaman Moderen tegas Tgk. Jamhuri, adalah Zaman dimana semua karya kita adalah harus di publis, kenap?, tanamakan ibadah itu dengan makna siashah karena  karya, tanamkan ibadah kita itu dengan catatan semua orang tau, karena amal itu tidak hanya berhubungan secara individual dengan  Allah, tetapi karya akan dicatat oleh manusia dan orang akan membacanya dan niscaya akan melahirkan ibadah”, Tegas Tgk. Jamhuri, MA.

Acara tersebut juga duhadiri oleh seribuan pelajar sep-kabupaten Bener Meriah, Ketua TP. PKK, Ketua Darma wanita Persatuan, tokoh masyarakat, alaim ulama dan tamua undangan lainnya. (Bakri).

Popular Posts