Harga Cabe Mahal, Pemerintah Harus Cepat Atasi Implasi Pasar


Media Advokasi.com Kabupaten Pidie Jaya-Aceh,
Meningkatnya harga cabe merah di pasaran rempah-rempah nasional Indonesia membuat petani cabe di Aceh, teruatama Pidie Jaya, bisa bersenang hati, sebab belakangan ini para petani cabe sempat mengeluh karena harga cabe sempat anjlok sampai Rp.7000 hingga Rp.5000/kg, bahkan tidak sedikit petani cabe yang rugi. Namun memasuki Mai dan Juni 2019, harga cabe sudah meningkat menjadi Rp.40.000 hingga Rp. 50.000/kg. Amatan media ini, harga eceran cabe di pasar Ulee Gle, Rp.6.500/ ons, Minggu, 16/06/2019.

Di Pasar Utama kota Meureudu, harga cabe dijual kepada pembeli secara eceran oleh pedagang Rp. 6.500-8.000/ons namun jika dibeli sampai satu kilogram (1kg) tetap Rp. 60.000.

Sementara di pasar Subuh Lung Putu, Bandar Baru juga tidak jauh beda, untuk harga person dalam kilogram berkisar Rp. 65.000,- sedangkan untuk eceran tetap Rp. 7.000/ons.

Beberapa ibu rumah tangga yang dikonfirmasi media ini saat belanja di pasar Subuh Lung Putu tidak mengeluh tentang kenaikan harga cabe merah, malah bagi mereka itu biasa-biasa saja.

"Buat apa kita mengeluh soal harga cabe sedikit mahal, biasa saja. Biar tambah semangat para petani dalam menanam cabe. Lagi pula kita tidak membeli satu ton, kok. Cuma sesuai kebutuhan saja," jelas ibu Salawati.

Ibu Salawati juga menambahkan, bhwa saat harga bawang putih sampai Rp. 80.000/kg mereka tidak mengeluh.

"Saat harga bawang merah sampai Rp.80.000/kg kita tidak mengeluh, padahal petaninya bukan orang Pidie Jaya, apalagi harga cabe yang mahal dan petaninya juga warga kita orang Pidie Jaya," ujar bu Salawati.

Lain halnya dengan ibu Mar (nama panggilan) warga Ulee Gle malah sangat mengeluh, kemaren harga bawang putih menngkat, sekarang harga cabe, besok harga barang apalagi yang bakal naik 100%.

"Seharusnya pihak pemerintah bisa menjaga agar harga rempah-rempah bisa stabil. Sesuaikan dengan gaji buruh dan kemampuan masyarakat kita. Jika harga cabe samapi Rp.100.000 dan bawang putih juga Rp. 100.000/kilo gram, sementara gaji buruh bangunan hanya Rp.70.000 per hari yang lebih rendah dari harga satu kilogram cabe. Selain itu, gaji PNS dan gaji buruh tidak pernah naik, maka ini bukan suatu kebijakan. Malah akan timbul efek yang tidak menyenangkan, dan malah jadi krisis pasar,"  ucap Ibu Mar, seorang ibu rumah tangga yang juga PNS.

Menanggapi persoalan harga cabe di pasaran saat ini, kadis Pertanian dan Pangan Pidie Jaya, drh. Muzzakir M, menyatakan argumen yang berbeda. Menurutnya, ia menyikapi dua susdut pandang.

"Sudut pandang yang pertama, saya merasa ikut berbahagia karena para petani cabe merasa puas dengan harga cabe saat ini, namun di sisi lain, saya juga khawatir akan timbul inplasi harga bada mata barang lainnnya di pasar, dan ini juga PR bagi pemerintah untuk secepatnya menangani agar tidak terjadi inflasi," ujar Muzzakir.

Dikatakan Muzzakir, agar para petani cabe bisa membaca keadaan, kapan biasanya harga cabe mahal dan anjlok. Dengan bisa mempelajari situasi, maka para petani bisa menanam cabe lebih luas disaat musim panen dengan harga tinggi.

Selanjutnya Muzzakir juga berpesan, apabila ada tanaman cabe terserang hama yang dahsyat, secepatnya dianjurkan melapor ke Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di kecamatan masing-masing, agar secepatnya ditangani tim ahli hama dan pencegahan penyakit pada tanaman cabe, pungkas Muzzakir.(Ismed)

Popular Posts