Ir. Kamaluddin Perlihatkan Pola Produksi Garam Pijay Kepada Utusan KKP-RI Jakarta

Ir. Kamaluddin saat diwawancarai utusan KKP RI dari Jakarta, di kantor DKP Pidie Jaya.

Pidie Jaya, MA - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pidie Jaya menerima utusan khusus wartawan mitra kerja Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia (RI) dari Jakarta untuk meninjau perkembangan Produksi Garam (PUGaR) di Bandar Baru, Pidie Jaya, Jum'at, 08/03/2019.

Gudang penyimpanan Garam di Lancang, Bandar Baru, Pidie Jaya
Dua wartawan yang diutus KKP RI adalah jurnalis samudranesia.id (mitra kerja KKP RI), tiba di Pidie Jaya, Kamis 07/03/2019 sekitar jam 17.30 WIB.

Kadis DKP Pijay, perlihatkan hasil produksi garam intensif dengan menggunakan chanel.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pidie Jaya, Ir. Kamaluddin yang akrab disapa Ayah Kamal menjamu utusan tersebut di kantornya dan bercerita panjang lebar saat memulai mencoba mengubah cara memproduksi garam, dari cara alami ke cara yang lebih efisien dan lebih ideal.

Cara alami pembuatan Garam (pola lama) yang hanya mempertahankan kemiskinan.
Maksud dari efisien dan ideal adalah praktis cara kerjanya dan banyak hasilnya. Sebab cara lama yang dikerjakan petani garam di Pijay tiap hari hanya bisa memproduksi garam sekitar 10- 20 kg per hari. Sedangkan harga garam berkisar Rp.3000/kg.

"Petani garam kita masih mengerjakan pengolahan garam secara alami dikarenakan cara itu merupakan tradisi warisan turun-temurun. Cara tersebut memang tanpa memerlukan modal yang banyak, namun penghasilannyapun cukup rendah, yaitu Rp.5
30.000-60.000/hari. Sementara dengan penghasilan seminim itu, mereka harus menghidupkan minimal 4 anggota keluarga, suami, istri serta anak-anaknya. Menurut saya pekerjaan seperti ini bukannya mengurangi kemiskinan, apalagi untuk menjadikan keluarga sejahtera, tapi malah sebaliknya hanya mempertahankan Kemiskinan," ungkap Ayah Kamal di depan utusan KKP-RI.

Berdasarkan cara pandang dan ide-ide positif Ayah Kamal dalam memikirkan solusi agar petani garam di Pidie Jaya lebih berkembang (ekonominya) memang perlu diapresiasikan. Sebab dengan segala upaya yang penuh keyakinan ia mencari solusi lain agar petani garam di Pidie Jaya bisa mendapat penghasilan yang lebih lumayan, minimal bisa mencukupi kebutuhan keluarga mereka dari penghasilan garam. Satu-satunya cara adalah meningkatkan produksi garam, dari 10-20 kg/hari menjadi 100-150 kg/ hari. Tapi bagaimana caranya?

Sebagai seorang insinyur yang memang sejak dari sekolah dulu telah dituntut untuk berfikir lebih jenius dan efektif, Ayah Kamal menemui beberapa ahli di Jakarta sekaligus mempelajari cara produksi garam di daerah lain, yang rata-rata telah sukses. 

Dengan tekad yang bulat juga diiringi keyakinan yang kokoh, Ayah Kamal membawa pulang pola (cara) baru yang didapatkan di pulau Jawa dalam berbagai study banding. Lalu dipraktekkan di Bandar Baru dan didukung penuh oleh bupati Pidie Jaya H. Aiyub Abbas. Yaitu pola produksi intensif dengan memakai mulsa penampungan air dan mengandalkan pemanasan (masak) dari tenaga Surya (Terik Matahari). 

"Berbekal tekad dan keyakinan ditambah dukungan penuh bupati Pidie Jaya, saya melakukan produksi cara baru, yang tujuan saya adalah pendapatan petani garam harus layak dan sesuai dengan perkembangan zaman, walau semula banyak tantangan dan sindiran sinis dari warga Pidie Jaya," terang Ayah Kamal kepada awak media dari Jakarta.

"Tapi Alhamdulillah, dengan cara baru yang kita perkenalkan (intensif), beberapa petani telah berhasil memproduksi garam dengan jumlah produksi telah sesuai sebagaimana yang kita harapkan," tambah Ayah Kamal.

Untuk membuktikan kata-katanya, Ayah kamal mengajak utusan KKP-RI tersebut ke lokasi produksi di Gampong Lancang, Kecamatan Bandar Baru untuk menyaksikan sendiri produksi dan hasil produksi, baik cara alami maupun cara intensif dan channel.

"Ini produksi garam alami yang saya ceritakan pola mempertahankan kemiskinan," ucap Ayah Kamal sambil memperlihatkan cara kerja sampai cara memasak hingga jadi garam, yang juga diperlihatkan langsung oleh para petani garam alami yang kebetulan merela sedang menggorek pasir sebagai bahan baku untuk dijadikan bibit yang disaring melalui Bak Inoeng (tempat penyaringan) yang air hasil saringannya dimasukkan ke Bak Agam (tempat memasak) air dari saringan tadi menjadi garam, yang sekali masak menghasilkan 10-15 kg garam "Ini produksi garam alami yang saya ceritakan pola mempertahankan kemiskinan," ucap Ayah Kamal sambil memperlihatkan cara kerja sampai cara memasak hingga jadi garam, yang juga diperlihatkan langsung oleh para petani garam alami yang kebetulan merela sedang menggorek pasir sebagai bahan baku untuk dijadikan bibit yang disaring melalui Bak Inoeng (tempat penyaringan) yang air hasil saringannya dimasukkan ke Bak Agam (tempat memasak) air dari saringan tadi menjadi garam, yang sekali masak menghasilkan 10-15 kg garam jadi.

Seterusnya Ayah Kamal juga memperlihatkan cara produksi baru (intensif) di lokasi yang berbeda yang jaraknya sekitar 500 m dari lokasi produksi garam alami. 

Para utusan KKP-RI dengan seksama melihat dan mewawancarai petani garam intensif tersebut, baik yang cuma memakai mulsa penampung saja sampai pada produksi yang memakai channel yang bisa memproduksi garam sekalipun dalam keadaan hujan. (Ismail Alfatah)

Popular Posts