Gunung Soputan Meletus lagi.



Bandung, Media Advokasi -,Gunung Soputan yang terletak 50 kilometer Barat Daya Kota Manado, Sulawesi Utara sejak Sabtu (15/12) menunjukan peningkatan gempaan vulkanik disertai suara gemuruh dengan intensitas lemah-sedang. Gunung itu akhirnya mengalami erupsi pada Minggu (16/12) sekitar pukul 08.57 WITA.

Erupsi memiliki  tinggi kolom abu vulkanik lebih dari 7.500 meter di atas puncak gunung. Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian ESDM, kolom abu tersebut teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal condong ke arah selatan dan barat daya. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi kurang lebih 30 menit.

Koordinator Bidang Vulkanologi Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB) Institut Teknologi Bandung (ITB) Mirzam Abdurrachman mengatakan  jika melihat pada sejarah letusan Gunung Soputan sejak 2012, menunjukan pola interval letusan 3 tahun, maka letusan kali ini sepertinya merupakan bagian dari siklus letusan Gunung Soputan yang memiliki Volcanic Explosivity Index (VEI)- 3.

" Volcanic Explosivity Index adalah sebuah standar untuk mengukur skala relatif sebuah letusan gunungapi dan pertama kali dikenalkan oleh Newhall dan Shelf (1982) dan kemudian disempurnakan oleh para banyak volkanolog. VEI secara sederhana diurutkan dari skala 1-8, semakin tinggi angkanya maka akan semakin besar dan bertenaga letusannya, namun semakin jarang terjadi dan sebaliknya," ujarnya.saat di konfirmasi(18/12/2018)

Dampak dari erupsi Gunung Soputan, membuat abu vulkanik mulai jatuh ke rumah-rumah warga. Hal tersebut tentu dapat menimbulkan gangguan pernapasan. Abu vulkanik yang turun memiliki kandungan asam tinggi yang dapat menyebabkan iritasi paru-paru dan mata. Asam yang terkandung dengan mudah tercuci oleh air hujan sehingga dapat mencemari persediaan air dan mengganggu tanaman.

“Kurangi berkendara. Abu vulkanik dapat mengurangi jarak pandang, jika tetap harus berkendaraan maka kemudikanlah kendaran secara perlahan. Kedua, kurangi jumlah abu di dalam rumah dengan menutup semua jendela dan pintu selagi memungkinkan untuk mengurangi masuknya abu vulkanik. Karena semakin dalam kita menarik napas maka semakin dalam pula abu vulkanik masuk ke paru-paru kita," kata Mirzam.

Ketiga, jika akan bepergian sediakanlah pelindung mata dengan kacamata dan juga masker. Gunakan segera untuk mengurangi iritasi mata dan paru-paru. Masker sebaiknya dibasahi agar proses penyaringan abu vulkanik bekerja maksimal.

Selain orang dewasa, anak-anak juga menghadapi bahaya yang sama dengan kelompok usia lainnya. Namun mereka memiliki resiko yang lebih tinggi karena secara fisik mereka lebih kecil. Selain itu secara psikologis mereka belum mampu melakukan tindakan rasional seperti halnya orang dewasa.

“Jaga anak-anak tetap berada di ruangan, gunakan masker anak-anak dan kacamata jika harus mengungsi ke tempat yang lebih aman,” jelasnya.

Saat ini Gunung Soputan sendiri berada pada Status Level III (Siaga) dengan rekomendasi dari PVMBG, masyarakat agar tidak beraktivitas di dalam radius 4 km dari puncak Gunung Soputan dan dalam wilayah sektor arah barat-barat daya sejauh 6.5 km yang merupakan daerah bukaan kawah, guna menghindari ancaman leleran lava dan awan panas guguran.

Mewaspadai terjadinya ancaman aliran lahar, terutama pada sungai-sungai yang berhulu di sekitar lereng Gunung Soputan, seperti S. Ranowangko, S. Lawian,  S. Popang dan Londola Kelewahu. (yon/jo/jabarprov)

Popular Posts