Terbangkan Pesawat Modifikasi, LMU (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo Jatuh di Tegallega


Bandung, Media Advokasi – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyematkan nama “Nurtanio” untuk purwarupa pesawat N219 karya anak bangsa yang dibuat dari hasil kerja sama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Momen tersebut bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 2017.

Setahun kemudian, Pada Hari Pahlawan 2018, Presiden Jokowi berziarah ke makam Nurtanio di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung.

Laksamana Muda Udara (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo (dikenal juga dengan nama L.M.U Nurtanio, LMU Nurtanio), lahir di Kandangan, Kalimantan Selatan, 3 Desember 1923 – meninggal di Bandung, 21 Maret 1966 pada umur 42 tahun.

Nurtanio adalah sebagai perintis industri penerbangan Indonesia. Bersama Wiweko Soepono, Nurtanio membuat pesawat layang Zogling NWG (Nurtanio-Wiweko-Glider) pada tahun 1947. Ia membuat pesawat pertama all metal dan fighter Indonesia yang dinamai Sikumbang, disusul dengan Kunang-kunang (mesin VW) dan Belalang, dan Gelatik (aslinya Wilga) serta mempersiapkan produksi F-27.

Cita-citanya besar, keliling dunia dengan pesawat terbang buatan bangsanya. Untuk itu, disiapkanya pesawat Arev (Api Revolusi), dari bekas rongsokan Super Aero buatan Cekoslowakia yang tergeletak di Kemayoran.

Karena dedikasinya yang tinggi, setelah Nurtanio gugur dalam penerbangan uji coba Arev, namanya diabadikan menjadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio (sekarang IPT-Nusantara/IPTN/PT Dirgantara Indonesia).

Cita-cita dan keinginan serta kecintaannnya akan dunia kedirgantaraan sudah dia awali sejak masa Hindia Belanda. Nurtanio pada saat itu berlangganan majalah kedirgintaraan Vliegwereld, dan menekuni masalah aerodinamika dan aeromodelling.

Pada masa itu, Nurtanio sering mengadakan surat menyurat dan korespondensi dengan sesama pencinta Aeromodelling pada zaman Hindia Belanda. Diantaranya adalah Wiweko Soepono yang saat itu sudah mendirikan perkumpulan pencinta Aeromodelling serta berlangganan majalah Vliegwereld.

Pada masa pendudukan Jepang, di sekolah menengah tinggi teknik atau Kogyo Senmon Gakko, Nurtanio mendirikan perkumpulan Junior Aero Club yang isinya tentang bagaimana teknik pembuatan pesawat model yang merupakan dasar-dasar Aerodinamika.

Karena pada masa pendudukan Jepang penggunaan bahasa Inggris dilarang, maka untuk menghindari kecurigaan, ditempatkannya dua orang pengawas berkebangsaan Jepang diantaranya adalah Tuan Imazawa.

Disinilah Nurtanio berkenalan dan bertemu dengan R.J Salatun, yang juga berminat dalam masalah penerbangan dan kebetulan berlangganan majalah kedirgantaraan yang sama yakni Vliegwereld. Pada saat itu peserta dibatasi karena para pesertanya yang sebelumnya membludak, jadi hanya tinggal sedikit.

Di JAC, Nurtanio dan sahabatnya, R.J Salatun, juga bertemu dengan guru olahraga yang bernama Iswahyudi yang juga memiliki pengetahuan dalam masalah penerbangan, yang ketika perang dunia II pecah, sedang mengikuti pendidikan penerbang militer Belanda yang kemudian diungsikan ke Australia.

Perhatian Nurtanio pada masa itu tidak hanya dalam masalah pesawat model, tapi bahkan menekuni buku-buku teknik penerbangan yang saat itu banyak berbahasa Jerman serta sudah menekuni dan menggambar rancangan glider atau pesawat layang type Zogling yang merupakan obsesinya.(Yon/Jabarprov)

Popular Posts