Wabup Karawang Hadiri Hari Santri Nasional Yang Digelar PCNU Karawang


Karawang, Media Advokasi - Wakil Bupati Karawang H.Ahmad Zamakhsyari hadiri puncak rangkaian Hari Santri Nasional (HSN) di Kabupaten Karawang yang digelar oleh Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Karawang. Diisi dengan kegiatan pembacaan 1 miliar Shalawat Nariyah dan Tabligh Akbar bersama para Habaib, di kantor PCNU Karawang, Minggu malam (21/10/2018).

Pada kesempatan tersebut hadir para Habaib seperti Habib Alwi bin Alwi King Al-attos, Habib Abdurrahman Fahmi Assegaf, Habib Muhammad Syarif Al-Habsyi, Habib Zein bin Abdullah Al-attos, serta Gus Shofa.

“Kehadiran para habaib di sini membuktikan bahwa Nahdatul Ulama senantiasa bersama para habaib,” tutur Ketua PCNU Karawang, KH. Ahmad Ruhyat Hasbi, dalam sambutannya di depan jama’ah yang hadir.

Peringati Hari Santri Nasional.
Kiyai pimpinan Pondok Pesantren Attarbiyah Kecamatan Telagasari-Karawang tersebut juga menyampaikan, bahwa tugas NU bukan hanya sekedar menegakkan dakwah Ahlusunnah’waljamaah, melainkan juga menjaga dan mempertahankan NKRI.

“Ribuan para kiyai dan santri menjadi pejuang di media perang dalam merebut kemerdekaan. Bukan hanya merebut saja, tetapi menjaga sampai mempertahankan NKRI dari mulai zaman penjajah sampai saat ini,” tutur KH. Ahmad Ruhyat Hasbi.

Sementara itu Wakil Bupati Karawang yang masih merupakan Mustasar PCNU Karawang menyampaikan, jika dirinya tidak pernah minder menjadi seorang santri yang telah mengenyam pendidikan Pondok Pesantren selama 11 tahun.

“Saya bangga jadi santri, saya banggsa jadi wakil bupati, saya bangga pernah menjadi anggota dewan selama 2 periode. Itu artinya para alumni pesantren bukan hanya sekedar jadi ustadz. Melainkan banyak alumni pesantren yang jadi pengusaha hebat, banyak alumni pesantren yang jadi bupati, bahkan alumni pesantren berhasil menjadi presiden. Siapa itu?, Almarhum Almukarom Abdurrahman Wahid (Gus Dur),” tutur Kang Jimmy.

Oleh karena ini, Beliau berharap agar setiap anak bisa dididik di pondok pesantren. “Tapi maaf, hati-hati pesantrennya. Jangan sampai mentang-mentang pesantren tahfidz qur’an, tiba-tiba bawa misi bendera Lailaha’illah untuk menggantikan bendera merah putih. NU tidak benci bendera Lailahaillah, karena bagi NU, La’ilahaillah senantiasa mengalir di setiap darah kita semua, amiin,” tandasnya.(Yon).

Popular Posts