Peminat Lembaga Kursus Dan Pelatihan (LPK) Kini Kurang Peminat

Ft.LPK kini Kurang Peminat
Bandung, Media Advokasi – Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) mulai meredup popularitasnya, dan makin menipis peminatnya. Padahal kursus keterampilan dinilai sangat penting dalam rangka meningkatkan kompetensi seseorang agar menjadi SDM yang lebih berdaya saing di dunia kerja, maupun bisa menjadi lebih mandiri dengan berwirausaha.

Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD dan Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI) Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung, H. Junjunan SPd, MSi mengakui, peminat LPK kini makin berkurang. Kalau pun masih ada, paling yang mengikutinya kebanyak ibu-ibu rumah tangga.

“Memang sekarang kursus cenderung turun peminatnya dan belum begitu membudaya di kita itu. Padahal kursus penting juga untuk meningkatkan kompetensi keterampilan masyarakat, baik untuk tujuan berwirausaha maupun untuk kepentingan melamar kerja,” ungkap Junjunan ditemui di ruang kerjanya, Senin (22/10/18).

Untuk itu, imbuh Junjunan, pihaknya kini tengah berupaya untuk menggiatkan lagi LPK, dibarengi dengan peningkatan kualitas dan akreditasinya, pendirian lembaga kursus yang baru, termasuk dalam mempromosikannya. Tidak ketinggalan pula dalam pengawasan pelaksanaan kursusnya oleh para penilik.

“Soal pendirian lembaga kursus yang bari, kare di kita juga sebenarnya harus ada kursus yang khusus untuk profesi tukang bangunan, agar para pekerja bangunan ini bisa meningkatkan kompetensinya dan tersertifikasi. Kalau di luar negeri para pekerja bangunan ini kan sudah tersertifikasi. Beda dengan di kita di mana tukang bangunan itu kebanyakan belajar secara otodidak,” jelasnya.

Dengan lebih digencarkannya sosialisasi dan promosi kursus, lanjut Junjunan, diharapkan ada kepedulian masyarkat untuk meningkatkan skill atau keterampilannya, di samping untuk menambah income.

Junjunan menyebut saat ini ada sebanyak 106 LPK di Kabupaten Bandung yang tersebar di 31 kecamatan, yang kebanyakan para peserta kursusnya merupakan ibu-ibu rumahtangga.

“Kami masih berharap agar LPK ini bisa diperbanyak lagi dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Dengan waktu kursus tiga sampai maksimal enam bulan, maka masyarakat pun memiliki skill untuk mereka hidup mandiri dengan menjadi wirausaha, atau untuk bekerja di perusahaan hingga menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

Seperti di Kecamatan Banjaran di mana ada LPK khusus di bidang pariwisata dan perhotelan IHCT (International Hotel and Cruise ship Training), yang mendididk tenaga ahli untuk bisa kerja di luar negri.

“Belum lama ini IHCT Banjaran menjali Mou dengan Hotel Hilton di Abu Dhabi agar para lulusan IHCT bisa langsung bekerja di Hotel Hilton Abu Dhabi,” kata Junjunan.

Kepala Seksi Kursus Disdik Kab Bandung, Lilis Maryati, S.Pd, M.Si menambahkan, LPK atau kursus ini masih perlu dikembangkan eksistensinya. Sebab menurutnya dengan mengikuti kursus keterampilan, prospek ke depannya bagi para lulusan cukup cerah. Apalagi kalau lembaga kursus yang diikutinya itu sudah terakreditasi.

Lilis menyebut saat ini di Kabupaten Bandung ada 16 bidang kursus, di mana enam dianaranya sudah terakreditasi. Kursus yang ada di Kabupaten Bandung itu antara lain kursus Bahasa Inggris, komputer, akuntansi, matematika, membaca Al Quran, aritmatika, hantaran, daur ulang sampah, elektronik, soft skills, otomotif, montir, mengemudi, musik, soft skill, sampai pijat refleksi.

“Dengan bekal sertifikat kursus baik dari LPK maupun Disdik, para lulusan bisa lebih terjamin untuk bisa bekerja atau membuka wirausaha sendiri,” pungkas Lilis. (yon/bb)

Popular Posts