Kehadiran GSMS Merupakan Satu Satunya Sarana Penyelamatan Terhadap Seni Budaya

Siswi SMP Badar Baru melakukan latihan Tari Ranup Lam Puan, diiringi musik Rapai dan serune kale
Pidie Jaya, Media Advokasi - Gerakan Seni Masuk Sekolah (GSMS) dibawah naungan Dinas Pendidikan telah beroperasionil di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pidie Jaya, sejak bulan Juni lalu (2018) di beberapa sekolah. Seperti pantauan langsung media ini ke lokasi pelatihan kesenian tersebut di SMP N Lhueng Putu, Bandar Baru, Rabu 31/10/2018.

Kegiatan latihan di SMP tersebut dikuti oleh 7 orang siswi dan 9 orang siswa. Para siswa dilatih ketrampilan memainkan Rapai sebagai alat musik (drum) dan Serune Kale sebagai alat musik intrument. Sedangkan para siswi yang 7 orang itu menjadi pemain tarian Ranub Lam Puan yang diiringi Rapai dan Serune Kale.

Rapai, semacam alat musik pukul (dabuh) yang suaranya bisa bermacam-macam irama, tergantung para pemainnya. Begitu juga dengan Serune Kale yang merupakan alat musik tiup (intrumen) juga bisa melahirkan nada bermacam-macam dengan dinamika yang berbeda pula, yaitu mulai dari nada suara yang rendah, sedang dan tinggi. Tapi tidak semua orang bisa melakukannya. Hanya para musisi (intrumentalis) terlatih yang mampu menguasai, sebab memerlukan keahlian dalam mengatur nafas. Tapi salah satu siswa dari SMP tersebut telah mampu memainkannya walau belum begitu sempurna.

Pemain Rapai.
Para Siswa/i SMP Bandar Baru yang sedang berlatih tarian Ranub Lam Puan, dibawah bimbingan pelatih (ahli seni) T. Adril sebagai ketua dengan didampingi asisten yaitu guru kesenian pada SMP tersebut.

Dalam wawancara singkat dengan guru pelatih T. Adril mengatakan, untuk berlatih Rapai dan Serune Kale memang dibutuhkan kesabaran dan kerajinan yang maksimal, sebab yang bisa meniup serune kale di Aceh dengan benar sangat sedikit.

"Untuk menabuh rapai dengan benar apalagi serune kale ini dibutuhkan kegigihan dan kesabaran yang tinggi dalam belajar, terutama dalam berlatih. Akan tetapi kayaknya anak-anak kita si sekolah ini nampaknya rajin-rajin, ditambah lagi atas dukungan dan respon kepala sekolah yang cukup baik, hingga kita tambah semangat dalam melatih mereka. Apalgi mereka pernah tampil di Banda Aceh. Sebab group Rapai Serune Kale setingkat SMP satu-satunya yang ada dikabupaten kota di Aceh, selain banda Aceh, cuma yang ada di kabupaten Pidie Jaya," jelas T. Ardil.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan Pidie Jaya, Saiful, S.Pd, M.Pd, melalui Kasi Bidang Kebudayaan dan Kesenian, Marjuan yang diklarifikasi terhadap apa tujuan membimbing murid SD dan SMP pada pelatihan GSMS ini mengatakan, bahwa jika seni dan budaya Aceh bila tidak dikembangkan lewat generasi, maka seni dan budaya tersebut akan tinggal namanya saja.

"Jika seni budaya ini tidak kita kembangkan dengan cara menitipkan kepada generasi lewat pelatihan, maka setengah abad yang akan datang Rapai dan Serune Kale yang ada di Aceh akan punah ditelan masa (tinggal nama). Anak cucu kita nanti tidak tahu lagi bagaimana bentuk Rapai dan Serune Kale, apalagi mendengar suaranya," ucap Marjuan

Lebih lanjut atas nama kadis, Marjuan juga menjelaskan, "Masuknya budaya luar lewat berbagai tehnologi yang pesat dan imformatika yang kian maju, terutama dunia komunikasi yang kian canggih, membuat kita lupa pada budaya sendiri. Kita terlalu cepat terlena oleh budaya asing yang membuat budaya kita sendiri terabaikan hingga terkubur bersama waktu. Untuk itulah, pihak kami dari bidang seni budaya memang wajib menyelamatkan budaya bangsa dari kepunahan. Satu-satunya jalan adalah mewariskan kepada generasi lewat pelatihan pada anak-anak SD dan SMP. Sebab budaya seni ini juga bagian dari Situs Sejarah Aceh,"  pungkas Marjuan. (Ismail Alfatah)

Popular Posts